Harga Bitcoin belakangan tertekan, diwarnai sentimen ekonomi makro yang kurang bersahabat bagi aset kripto nomor wahid ini. Beruntung, Bitcoin tetap menunjukkan ketangguhan, salah satunya berkat pertumbuhan konsisten produk exchange-traded fund (ETF).
ETF terbukti memainkan peran vital dalam menopang harga Bitcoin, sekaligus memunculkan optimisme akan potensi reli dalam beberapa bulan mendatang.
ETF Bitcoin Tunjukkan Pandangan Sejati Investor
Walau sentimen pasar secara umum cenderung muram, ETF Bitcoin tetap mencatat arus masuk yang stabil. Dalam beberapa bulan terakhir, produk ETF ini hanya membukukan tiga kali arus keluar, bahkan ketika pasar digempur tekanan geopolitik seperti konflik Israel-Iran. Sepanjang Juli, ETF Bitcoin menerima dana masuk sebesar US$4,5 miliar, sehingga total arus kumulatif kini menyentuh US$48,95 miliar.
- Baca Juga: Apakah Investasi Bitcoin pada 2025 Masih Menguntungkan?

Data ini mencerminkan bahwa investor institusional masih menilai ETF Bitcoin sebagai instrumen yang menarik. Namun, dalam pernyataannya kepada BeInCrypto, Mete Al, selaku co-founder ICB Labs, menggarisbawahi bahwa Bitcoin belum sepenuhnya melepaskan diri dari keterkaitannya dengan pasar saham.
“Masih ada ruang bagi Bitcoin untuk semakin terpisah dari pasar saham. ETF spot justru menghubungkan Bitcoin ke Wall Street, tetapi saat pasar risk-off, seperti saat konflik Israel-Iran, korelasi crypto dengan S&P sempat terputus. Artinya, proses decoupling belum usai—hanya saja sifatnya periodik, bukan permanen,” terang Mete.
Momentum makro Bitcoin saat ini ditopang oleh zona safe haven yang terbentuk antara US$100.000–US$103.000. Data terbaru IOMAP mengungkap bahwa pada rentang harga US$100.668–US$103.876, investor telah mengakumulasi sekitar 574.170 BTC, dengan total valuasi melampaui US$61,41 miliar.

Terlepas dari tekanan koreksi belakangan ini, Bitcoin secara konsisten berhasil memantul dari zona ini, menghadirkan sentimen stabilitas. Meskipun terdapat area permintaan di atas rentang harga tersebut, level itu sejauh ini belum memperlihatkan dukungan yang cukup kokoh untuk mencegah koreksi lanjutan.
Zona akumulasi ini menjadi indikasi kuat bahwa Bitcoin kemungkinan mampu bertahan di atas US$100.000. Mete AI pun menyampaikan pandangan serupa.
“Sepertinya zona pasokan ini akan bertahan sedikit lebih lama. Ada lapisan tebal limit bid dan opsi call in-the-money yang ‘parkir’ di area ini. Kecuali muncul kabar besar yang menjatuhkan harga di bawah US$100.000 dalam penutupan, pembeli saat koreksi kemungkinan akan menjaga price floor tetap utuh,” terang Mete kepada BeInCrypto.
Breakout Harga BTC Mungkin Masih Butuh Waktu
Saat ini, Bitcoin diperdagangkan seharga US$107.075, setelah berjuang untuk mengamankan level US$108.000 sebagai support. Ini memperkuat pembentukan wedge menurun, pola yang semakin kuat selama sebulan terakhir. Bila ternyata gagal mempertahankan US$108.000, artinya tekanan turun akan terus dialami Bitcoin di pasar.

- Baca Juga: Meneropong Jalur Harga Bitcoin (BTC) Menuju US$150.000, di Mana ‘Entry Point’ Ideal?
Secara historis, Juli cenderung menjadi bulan positif bagi Bitcoin, dengan median return bulanan sebesar 8,09%. Ini maknanya meskipun tren saat ini bearish, Bitcoin masih berpotensi pulih di Juli. Namun, fase pemulihan itu kemungkinan diawali dengan swing low lainnya, yang bisa menyeret harga turun di bawah US$101.000, sebelum membuka peluang breakout menuju US$110.000.

Meski demikian, penting untuk mempertimbangkan skenario terburuk. Apabila pasar kripto secara keseluruhan mengalami crash, Bitcoin bisa merosot di bawah US$105.000, bahkan menyentuh US$100.000. Lenyapnya support di kisaran ini akan membatalkan skenario bullish dan menjadi sinyal bahwa Bitcoin kemungkinan masih akan terus tertahan dalam tekanan.
Bagaimana pendapat Anda tentang prospek harga Bitcoin (BTC) untuk Juli 2025 ini? Yuk, sampaikan pendapat Anda di grup Telegram kami. Jangan lupa follow akun Instagram dan Twitter BeInCrypto Indonesia, agar Anda tetap update dengan informasi terkini seputar dunia kripto!