Proyek stablecoin berbasis Rupiah, IDRX mengaku berhasil membukukan nilai transaksi on-chain lebih dari US$50 juta di seluruh jaringan Base, BNB Chain dan Polygon. Kondisi itu menunjukkan tingginya minat akan produk kripto stabil yang mendapatkan dukungan mata uang lokal.
“IDRX secara resmi telah melewati US$50 juta dalam transaksi on-chain sepanjang masa di seluruh Base, BNB Chain dan Polygon,” jelasnya.
Kabar tersebut mendapatkan respons positif dari pengguna di ruang maya. Salah satunya mengatakan bahwa menggunakan paritas 1:1 dengan rupiah di Web3, IDRX akan naik lebih tinggi lagi sebagai ekosistem masa depan.
Sebagai catatan, meskipun hadir sebagai pendatang baru di dunia stablecoin, IDRX belum lama ini berhasil tampil di forum keuangan digital dunia, Stablecon untuk menggaungkan kedaulatan Rupiah.
Co-Founder sekaligus Chief Executive Officer (CEO) IDRX, Nathanael Christian menyebutkan bahwa kehadiran IDRX dalam Stablecon merupakan bentuk nyata partisipasi Indonesia dalam diskusi strategis terkait sistem keuangan digital yang lebih merata dan terdesentralisasi.
Proyek tersebut fokus membangun infrastruktur yang relevan untuk Indonesia. Tujuannya adalah agar masyarakat Indonesia tetap menggunakan dan percaya pada Rupiah. Tidak bergantung pada mata uang asing dalam kehidupan sehari-hari.
- Baca Juga: 49% Institusi Global Kini Gunakan Stablecoin, Temuan Survei Fireblocks
IDRX Masuk Dalam Aset Kripto yang Sah Untuk Perdagangan Aset Digital Indonesia
Menukil laporan CFX, IDRX juga sudah masuk dalam jajaran Daftar Aset Kripto (DAK) yang sah untuk perdagangan di Indonesia. Nama IDRX bergabung dengan 1.153 token lainnya yang boleh ditawarkan di tanah air.

Sebagai catatan, dalam dokumen transparansi, IDRX memiliki saldo sebagai kolateral token di bank maupun lembaga keuangan digital sebesar Rp11,37 miliar. Sementara total sirkulasi IDRX mencapai 10,26 miliar.
Adapun saldo terbesar IDRX ada dalam bentuk deposito di PT Bank Ina Perdana Tbk senilai Rp3,1 miliar.

Kebutuhan akan stablecoin di Indonesia terus menunjukkan tren yang menanjak. Laporan BeInCrypto sebelumnya menyebutkan, riset yang melibatkan Visa, Castle Island Ventures, Brevan Howard Digital, Artemis yang mendapatkan dukungan YouGov mengungkap bahwa beberapa investor kripto di negara berkembang, termasuk Indonesia menggunakan stablecoin untuk menabung, remitansi hingga penghematan.
Bagaimana pendapat Anda tentang topik ini? Yuk, sampaikan pendapat Anda di grup Telegram kami. Jangan lupa follow akun Instagram dan Twitter BeInCrypto Indonesia, agar Anda tetap update dengan informasi terkini seputar dunia kripto!